Hujan Senja mengintip dari bulirnya
Di seberang rumah tua
Aku bersajak bersama rinainya
Tamparan hujan pada bumi
Melusuhkan niat pejalan kaki
Namun tidak dengan sajakku
Yang terus melangkah bersama hujan
Rumah tua membatu
Bagai niat menulisku
Tentang dawai-dawai hujan
Pengantar pahit dan manisnya kenangan
Perdu merunduk
Bayangan wanita bergaun kunang-kunang hadir
Dalam hujan, aku melihatnya
Berdiri di depan rumah tua itu
Sejenak terbata, sejenak terpatri
Netra dipaku pada matanya
Nuansa kerinduan menyeruak
Menyaru dalam aroma petrichor
Ingin berlari dan mengejar
Menuju pekarangan rumah tua itu
Tempat wanita bergaun kunang-kunangku berdiri
Memagut mesra bibirnya dalam sekejap mata
Belum beranjak, belum berkedip
Mataku gelap, hilang lagi
Seenaknya angkat sauh dan mengembangkan layar
Wanita bergaun kunang- kunangku pergi
Akankah ia kembali lagi nanti?
Di antara rintik hujan
Di depan rumah tua itu
Tempatku bersajak untuk
* A. T
Tidak ada komentar: