Oleh: Shadiqah |
"Tuhan itu tidak adil."
Aku sadar betul dengan makna kalimat tersebut, satu-satunya realitas yang aku lihat ialah Tuhan memanglah tidak adil. Aku selalu bertanya-tanya, kenapa orang sepertiku masih diberikan kesempatan untuk hidup? Kenapa tuhan seakan-akan selalu berbuat baik kepadaku? Aku selalu berpikir, bagaimana perasaanku ketika buku kesayanganku dipinjam dan yang meminjamnya merusak buku itu. Memikirkan bagaimana ia mengembalikan buku itu dalam keadaan kusut, lusuh, robek, dan penuh dengan coret-coretan. Aku selalu berpikir, bagaimanakah hancurnya hatiku saat itu? Seberapa marah kah diriku pada si peminjam buku itu.
Lalu bagaimanakah perasaan Tuhanku, yang memberikan pinjaman jiwa dan raga kepada hambanya, namun hambanya selalu berbuat dosa dan maksiat kepada-Nya? Rentetan manusia yang selalu melakukan apa yang Tuhannya larang. Tidakkah Ia akan langsung marah terhadap hambanya? Kalaulah Tuhanku seorang sosok yang menyerupai manusia, sosok itu mungkin akan langsung mengambil jiwa dan raga yang telah ia pinjamkan. Namun Tuhanku adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan manusia, Ia adalah zat yang ada sebelum kata "zat" itu ada, Ia ada sebelum semuanya ada.
Tidakkah kamu berpikir bahwa tuhan itu tidak adil jua? Pada saat engkau berada di kandungan ibumu, engkau belum bisa beribadah kepada Tuhanmu, namun ia memberikan engkau makanan dan minuman, yang hanya perlu kau makan dan minum tanpa perlu mencarinya. Saat engkau mulai bisa merangkak, mendengar dan membaca, engkau mulai tahu tentang dunia yang begitu teratur, engkau diberikan semua yang engkau butuhkan. Saat engkau bahkan tidak pernah meminta kadar oksigen di bumi, tidak pernah meminta cahaya matahari, tidak pernah tahu tentang cahaya bintang atau adanya siang dan malam. Tuhan berikan itu semua, padahal kita belum sepenuhnya beribadah kepada-Nya.
Jika kita mati kelak, apakah kita akan meminta peradilan Tuhan? Aku mungkin akan langsung diceburkan di neraka-Nya jika meminta Tuhan untuk bersikap adil. Sesuatu yang sudah semestinya kita minta ialah rahmat-Nya. Apalah makna orang yang membanggakan ibadahnya di bumi, yang apabila dibandingkan dengan nikmat bola mata saja sungguh ibadah itu tidaklah ada artinya. Sesungguhnya ibadah yang kita lakukan adalah untuk menjemput rahmat-Nya dan sebagai tanda bahwa kita adalah makhluk-Nya.
Tuhanku memang memiliki sifat yang maha adil, namun diriku sungguh takut jika ia bersifat adil. Apakah jika Tuhan bersifat adil, Ia mampu mencabut nyawa manusia yang telah berbuat ingkar pada-Nya? Namun indahnya tuhan memiliki sifat yang maha ampun, ampunan Tuhan memang sungguh luas. Saat memikirkannya kembali, rasanya tak setiap manusia pantas untuk menerima ampunan-Nya. Tidakkah Ia bersedih ketika setiap kali manusia berbuat ingkar kepada-Nya?
Tuhan memanglah tidak adil, ia memberikan kepada kita semuanya saat kita mungkin tak pernah memintanya sama sekali. Kita memanglah tidak bisa menjangkau-Nya, tapi secara bersamaan Ia begitu dekat dengan kita bahkan lebih dekat dari nadi kita sendiri. Bayangkan saja, ketika tuhanmu melihat kamu melalui CCTV, engkau di dapati berbuat ingkar kepadanya, bagaimanakah kau akan menggambarkan perasaan Tuhanmu? Atau mungkin Tuhan tidak memiliki perasaan seperti, tetapi bagaimana jika Ia adalah seorang manusia, akankah Ia tahan ketika melihat ciptaannya berbuat ingkar darinya dengan mata dan kepalanya sendiri? Tidakkah Ia akan langsung menghukumnya pada saat itu juga? Jika Ia manusia, pasti hal itu langsung terjadi, tapi Tuhanku penuh dengan rasa cinta, yang dengan itu memberikan manifestasi pada manusia. Dengan cintanya lah kamu dapat membaca tulisan ini, dengan cintanya lah kamu masih diberikan sisa hidup dan dengan cintanya lah kamu dapat melihat dunia yang begitu indah ini.
Sungguh tak mampu kita bayangkan bagaimana cintanya Tuhan kita kepada makhluknya, padahal ia melihat apapun yang kita sembunyikan, bahkan dalam sebuah kutipan salah satu spiritual muslim menyebutkan bahwa "Tuhan melihat semut hitam, di atas batu hitam di malam yang paling gelap gulita." Pada dasarnya tuhan tidak pernah berpaling dari pandangannya dan melihat semua yang terjadi, bahkan satu detik pun ia tidak pernah terlewat.
Tidak ada komentar: