Yang Mana Takdir dan Yang Mana Pilihan - LPM Sativa
Sabtu, 01 Juli 2023

Yang Mana Takdir dan Yang Mana Pilihan

Oleh:
Muhammad Shadiqah
Anggota Muda LPM Sativa

Manusia seringkali gagap dalam menilai ranahnya takdir dengan ranahnya pilihan. Sehingga mudah sekali dalam mencampur adukkan kedua hal yang sangat berbeda ini. Perlu kita batasi terlebih dahulu, kedua hal ini. Agar pembahasannya tidak seliwuran kemana-mana.

Sejauh pemahaman penulis yang masih hijau ini, takdir adalah sebuah keputusan Allah yang tidak bisa diubah sama sekali oleh makhluk hidup. Inipun disebut sebagai keputusan kongkrit yang menjadi kodrat dari mahkluk hidup. Termasuk dalam hal ini manusia. Apabila ada lelaki yang menyerupai bentuk wanita atau sebaliknya. Maka sesungguhnya hal itu bertentangan dari takdir yang disebut melawan kehendak dari sang pencipta. Sama halnya dengan menambah atau mengurangkan yang ada di anggota tubuh manusia, termasuk operasi plastik atau suktik biar tambah mancung atau bahkan sekedar mengeluhkan wajah yang kurang cantik/ganteng pun termasuk menyela takdir. Itupun adalah bentuk penghinaan bagi sang pencipta. Karena pada dasarnya manusia itu diciptakan dengan sesempurna mungkin. Makanan pun ketika dirasa kurang enak, maka yang akan merasa terhina adalah si tukang masak. Begitupun dengan Allah yang akan merasa sedih apabila hambanya mengeluhkan terhadap apa yang dianugerahkan kepadanya.

Dalam ranahnya takdir, manusia tidak memiliki kehendak bebas untuk memilih. Meskipun kita tahu bahwa semuanya yang terjadi di dunia ini adalah takdir dari Allah. Tapi, apakah lantas ketika manusia berbuat kejahatan/kerusakan di Bumi adalah takdir Allah?

Tentu itu adalah bukan, hal tersebut ranahnya tentang pilihan. 

Manusia adalah makhluk yang sangat spesial dan makhluk terbaik yang ada di Bumi. Manusia diberi kehendak bebas untuk memilih jalan hidupnya masing-masing. Ketika malaikat hanya di beri akal oleh Allah dan Jin diberi nafsu. Maka manusia diberi dua entitas tersebut untuk diseimbangkan dan diselaraskan dalam bentuk sebuah pilihan. Wajarlah apabila malaikat hanya bisa beriman kepada allah, karena hanya sifat itulah yang ia miliki pun begitu dengan jin, wajar sekali kalau dia tidak mau beriman karena hanya nafsu yang ia punya.

Maka apabila manusia lebih dominan menggunakan nafsunya maka celakalah dia, tapi apabila lebih dominan akalnya maka selamatlah dia.

Tapi.....

Dimanakah ranahnya pilihan yang sebenarnya?

Lagi-lagi dengan pemahaman yang masih hijau ini. Simplenya, pilihan itu adalah kehendak bebas manusia untuk melanjutkan kehidupan. Contoh paling dekat ketika kamu memilih untuk membuka tulisan ini dan membacanya sampai pada paragraf ini adalah sebuah pilihan kamu. Kamupun bisa memilih sekarang juga untuk meninggalkan tulisan ini karena merasa tidak menarik dan tidak bermanfaat menurutmu. Pun begitu dengan diri saya memilih untuk menuliskannya untuk kamu baca.

Menjadi pintar atau bodoh adalah sebuah pilihan manusia, terlepas dari kondisi keluarga yang seperti apa. Tetapi hal itu tetaplah sebuah pilihan manusia karena sifatnya otak yang elastik dan dapat berkembang apabila diasah dengan baik. Sama halnya dengan si miskin dan kaya, walaupun terlahir menjadi kaya/miskin adalah sebuah takdir. Tetapi untuk menjadi kaya atau miskin adalah sebuah pilihan manusia. Pun begitu dengan kondisi manusia yang ada di syurga dan neraka kelak. Konsep sederhanya "pilihan manusia di dunia adalah kondisinya di akhirat". Maka dari itu pilihlah hidup ini baik-baik, sesungguhnya keadaan kita sekarang adalah hasil daripada pilihan kita di masa lalu dan keadaan kita di masa depan adalah hasil daripada pilihan kita yang sekarang. Renungi lah pilahan hidupmu sekarang karena itu akan menentukan langkahmu untuk kedepan.

Sebuah contoh yang saya dapatkan dalam buku Ust Felix Siauw yang berjudul Beyond the inspiration yang pemahaman tulisan inipun adalah referensi dari beliau. 

Dahulu, ada seorang pencuri yang sedang diproses oleh seorang hakim. Seorang pencuri itu menyela, "Wahai tuan hakim, sungguh tidak pantas apabila saya dihukum. Karena perbuatan saya sesungguhnya sudah diketahui oleh Allah dan Allah mengizinkan saya untuk berbuat demikian, Allah lah yang berkehendak atas pencurian ini. Sungguh di lauhul mahfudz sudah tertulis perbuatan manusia dari sejak dilahirkan hingga mati, termasuk hal pencurian ini sudah tertulis di dalamnya. Sungguh tidak pantas apabila tuan menjatuhkan hukuman kepada saya, karena ini adalah kehendak dari Allah."

Hakim pun berpikir panjang dan mencerna apa yang diungkapkan oleh sang pencuri. Akhirnya sang hakim memutuskan untuk tetap menghukum sang pencuri dan memasukkannya kedalam jeruji besi.

Si pencuri tidak menerima dan protes terhadap keputusan sang hakim. Karena ia sudah menjelaskan hal yang benar. Si Hakim pun berkata, "Sebenarnya akupun tidak ingin menjatuhkan hukuman kepadamu, tetapi mau bagaimana karena inipun adalah kehendak dari Allah dan di lauhul mahfudz pun sudah tertuliskan bahwa hari ini aku menjatuhkan hukuman penjara bagi dirimu," ujar Sang Hakim.

Dari kisah ini, kita jadi dapat memahami bahwa manusia tidaklah mungkin dapat menjangkau apa yang menjadi aktivitas Allah. Kita memang diberi akal, akan tetapi sayangnya akal itu terbatas. Sesungguhnya akal manusia dipergunakan untuk menemukan Sang Pencipta, setelah kita menemukannya kita hanya perlu beriman kepada-Nya bukan untuk menyetahui Aktivitas-Nya.

Yang Mana Takdir dan Yang Mana Pilihan Reviewed by Team LPM SATIVA on 7/01/2023 Rating: 5 Oleh: Muhammad Shadiqah Anggota Muda LPM Sativa Manusia seringkali gagap dalam menilai ranahnya takdir dengan ranahnya pilihan. Sehingga mud...

Tidak ada komentar: