Pengalaman PKL di Perhutani KPH Saradan - LPM Sativa
Minggu, 31 Juli 2022

Pengalaman PKL di Perhutani KPH Saradan

Oleh Andi Maryadi

(Program Studi Kehutanan Unram)

Dalam rangka melakukan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berlokasi di kota/kabupaten Madiun, Jawa Timur, Indonesia ini saya bersama lima orang teman memilih Perhutani sebagai tempat praktik. Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara berbentuk perusahaan umum yang memiliki tugas dan wewenang untuk mengelola sumberdaya hutan negara di pulau Jawa dan Madura. Dengan visi menjadi perusahaan pengelola hutan berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat. Perhtanni mendedikasikan diri bagi Indonesia dengan kemampuan maksimal, bersinergi dengan semua pihak, mengikuti perkembangan dunia, demi memegang teguh kepercayaan yang diberikan. Misi mengelola sumberdaya hutan dengan lestari, peduli dengan kepentingan masyarakat dan lingkungan, mengoptimalkan bisnis kehutanan dengan prinsip good corporate governance dan unit bisnis perhutani meliputi pengurangan emisi karbon, kayu rimba, non kayu, produk herbal, agroforestry, ekowisata, dan biomassa.

Perhutani sengaja kami pilih karena memang memiliki kaitan erat dengan jurusan kami di bangku kuliah, khsususnya di KPH (Kesatuan Pemangku Hutan) Saradan. Di KPH Saradan, kami memilih beberapa BKPH (Bagian Kesatuan Pemangku Hutan), yaitu BKPH Pajaran, Petung, dan Jatiketok.

Di BKPH Pajaran, kami belajar seputar persemaian tanaman dan mempraktikkan langsung di lokasi, mulai dari bagaimana perawatan bibit, pembuatan dan pemberian kompos, pembuatan bedeng, hingga tata cara melakukan stek. Di BKPH Pajaran ini, kami juga belajar tentang tanaman porang. Tanaman ini merupakan tanaman komoditi andalan desa Klangon sejak tahun 1980-an. Matapencaharian masyarakat Klangon mayoritas sebagai petani  porang karena telah menjadi peninggalan atau amanah turun-temurun. Sekitar 2-3 tahun yang lalu harga jual porang dalam bentuk masih mentah (umbi) mencapai Rp25.000/Kg dan jika dijual dalam bentuk chips, harga jual mencapai Rp75.000/Kg. Namun, sayangnya saat ini harga jual porang turun drastis hingga Rp2.500-Rp3.000/Kg dan ini juga berlaku untuk harga jual chips porang yang mencapai Rp22.000/Kg. Petani porang banyak yang mengeluh terkait hal ini dan berharap harga porang kembali normal dan stabil. Petani di desa Klangon rata-rata menanam porang di lahan milik Perhutani yang terbagi rata untuk para petani. Dalam setahun, porang dapat dipanen sekali dengan kisaran 5-20 ton dalam 1 lahan petani masing-masing dengan luas 1-2 Ha. Beberapa petani panen porang bersama keluarganya, tetapi tak jarang juga membayar tenaga kerja lain. Berdasarkan hal tersebut, kami mahasiswa yang berasal dari Lombok memilih tanaman porang sebagai bahan mini riset yang berfokus pada pengelolaan dan pemasaran. Mengingat di Lombok, budidaya porang masih minim. Dengan adanya mini riset ini kami menghabiskan waktu sekitar 1 bulan di BKPH Pajaran. Setelah selesai dengan kegiatan di BKPH Pajaran, kami akan pindah ke BKPH Petung.

Berbeda dengan kegiatan di BKPH Pajaran, di BKPH Petung kami melakukan patroli keamanan hutan. Selama 3 hari kami akan habiskan di BKPH ini, setelah itu akan pindah lagi ke BKPH terakhir, yaitu BKPH Jatiketok. Di BKPH ini kami akan fokus pada hasil hutan kayu, di sini kami akan belajar mengenai penebangan pohon jati selama 7 hari. Sedangkan 7 hari terakhir sebelum penarikan peserta PKL, akan kami gunakan untuk Menyusun laporan PKL, mini riset, dan editing video documenter. Pada tanggal 22 Agustus mendatang, kami akan kembali ke kantor KPH Saradan untuk mempresentasikan hasil.

Selama di Madiun, tentu kami banyak belajar dan merasakan pengalaman baru. Karena kami tak hanya belajar tentang tanaman porang, penebangan pohon, tetapi juga belajar bahasa daerah, kebiasaan sehari-hari, budaya maupun adat daerah ini. 

 

Pengalaman PKL di Perhutani KPH Saradan Reviewed by Team LPM SATIVA on 7/31/2022 Rating: 5 Oleh Andi Maryadi (Program Studi Kehutanan Unram) Dalam rangka melakukan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berlokasi di kota/kabupa...

Tidak ada komentar: