Catatan Bagi Seorang Demonstran - LPM Sativa
Rabu, 21 Juni 2023

Catatan Bagi Seorang Demonstran

Oleh: 
M. Shadiqah 
Anggota Muda LPM SATIVA
Pic. M. Shadiqah
Demo atau unjuk rasa dijalan. Dengan membawa tuntutan sembari berorasi layaknya seorang pejuang adalah cara lama yang sudah lapuk sekali. Yang masih sampai sekarang terus dirawat oleh kaum mahasiswa. Banyak sekali kritikan yang dilontarkan terus didapatkan oleh demonstran. Mereka dinilai hanya ingin mendapatkan perhatian orang lain semata, ingin terlihat keren sebagai orang yang melawan, sok kritis dan hanya buang-buang waktu semata. Terlebih lagi ketika tidak ada hasil yang jelas ketika melakukan AKSI dan alih alih tuntutan dapat diterima malahan harus mendapatkan luka-luka.

Kemudian cap yang paling kental dengan demonstran adalah nilai akademik mereka cenderung rendah. Hal itupun membuat jalan sebagai seorang demonstran sangatlah sepi dan sunyi. Terlepas dari hal itu, bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Lalu apa yang salah dengan turun ke jalan?  Yang salah adalah segelintir orang yang memanfaatkan aksi-aksi untuk kepentingan pribadinya. 

Harus penulis akui, bahwa demonstrasi adalah cara kuno yang dilakukan oleh mahasiswa. Tapi kita semua harus paham bahwasannya demo adalah cara terakhir untuk menuntut keadilan dan kebenaran. Sudah dilakukan audiensi, ngobrol sebelumnya, berbagai macam pendekatan yang humanis. 

Maka ketika hal itu susah untuk mendapatkan keadilan dan kebenaran, jalan terakhirnya hanya dengan turun kejalan. Memanglah tidak harus berdemo. Dengan perkembangan zaman, kita bisa menulis, membuat berita, menjadi influence. Tetapi yang paling cocok untuk itu adalah dengan demonstrasi, sebagai seorang mahasiswa, maka biarkan seorang jurnalis yang menulis biarkan seorang influence yang menyebar berita, biarlah wartawan yang mewawancara. Semuanya punya role-nya masing-masing. Mahasiswa yang ingin mengambil jalan itupun tidak masalah selagi menuntut kebenaran dan keadilan. Bagaimana mungkin seorang mahasiswa harus diam saja ketika ada peraturan yang memberatkan masyarakat? Bukankah kita dapat kuliah atau  mendapatkan beasiswa itu berasal dari uang masyarakat melalui pajak-pajak yang dikelola?

Lalu dimana rasa terima kasihnya sebagai seorang mahasiswa yang diamanatkan oleh masyarakat ketika masyarakat kita mengeluh dan kesusahan.

Apakah kita hanya berkuliah dengan ambisius terus menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cumlaude baik itu mencontek dan menyuap, masuk dalam dunia kerja, menikah dengan seorang istri/suami yang ganteng/cantik jelita laksana mawar yang baru keluar di kucupnnya pas lagi ranum-ranumnya? 

Apakah harapan kita hanya sebatas itu? Apakah sebegitu takutnya mendapatkan IPK yang rendah sampai tidak mau menegakkan kebenaran dan keadilan? Bukankah tujuan awal dari pendidikan itu adalah agar supaya bermanfaat bagi orang lain? Apakah kita hanya terpaku kepada diri sendiri?

Nilai memang penting tidak ada yang salah dengan ambisi untuk mendapatkan IPK yang tinggi, tetapi kuliah bukanlah hanya tentang nilai yang ada di kertas. Tidak apa-apa apabila kamu hanya berdiam diri ketika ada orang yang menyuarakan kebenaran, tapi ketika kamu mencemooh dan mengkritik orang yang menyuarakan keadilan dan kebenaran maka penulis harus berargumentasi bahwa kuadratmu sebagai seorang manusia telah hilang di muka bumi ini.

Oleh karenanya mari berbenah diri kita masing-masing secara bersama. Dimulai dari mengecek hati nurani kita semua. Sesungguhnya dalam dunia pendidikan bukanlah hanya pengelolaan akal yang kita butuhkan akan tetapi pengelolaan batin menjadi sangat penting sekali.

Catatan Bagi Seorang Demonstran Reviewed by Team LPM SATIVA on 6/21/2023 Rating: 5 Oleh:  M. Shadiqah  Anggota Muda LPM SATIVA Pic. M. Shadiqah Demo atau unjuk rasa dijalan.  Dengan membawa tuntutan sembari berorasi layakny...

Tidak ada komentar: