Oleh:
M. Shadiqah
Anggota Muda LPM SATIVA
Pic. Ruang Perpustakaan Unram |
Aku bertanya kepadamu; manakah yang lebih dahulu antara Adab dengan Ilmu?
Apakah kamu pernah dilontarkan pertanyaan seperti diatas?
Atau justru kamu yang mempertanyakan itu pada dirimu sendiri?
Sejauh pemahaman penulis yang masih hijau ini, adab adalah puncak tertinggi daripada ilmu. Ilmu adalah landasan kuat bagi seorang yang beradab serta dapat memposisikan diri sesuai dengan kondisi dan waktunya. Orang yang beradab adalah orang yang bijaksana. Dia mampu meletakkan memposisikan sesuatu pada porsinya. Mengucapkan sesuai dengan lawan bicara, tanpa harus menggunakan diksi kalimat yang susah dimengerti oleh orang lain. Dia adalah seorang pendengar yang baik, padahal dia begitu tahu ilmu yang sedang dibicarakan oleh orang lain.
Ilmu itu ranahnya tentang hal yang diketahui. Akan tetapi adab adalah sebuah kepemahaman yang akan menimbulkan sebuah perilaku.
Sering kali kita melihat orang yang berilmu diluar sana, ia mengetahui dengan jelas bahwa sebuah tindakan korupsi dapat merugikan khayalak ramai. Namun dia belum dalam tahap memahami sehingga kemanusiaannya terganggu. Orang yang beradab adalah orang yang memahami betul bahwa sekali itu adalah salah maka akan tetap salah. Hal itu tidak akan berubah. Karena itu mutlak baginya.
Ilmu adalah tentang kondisi otak, tetapi adab adalah penyelarasan antara otak dengan hati. Lalu yang manakah yang lebih tinggi kastanya?
Tentu saja adab yang lebih tinggi. Karena logikanya, orang yang beradab sudah pasti berilmu dan orang berilmu belum tentu beradab
Namun kembali ke pertanyaan awal, manakah yang lebih dahulu dari kedua hal itu. Aku berani berargumen, lagi-lagi dengan pemahaman yang masih hijau ini. Bahwasanya ilmu itu lebih dahulu daripada adab. Karena untuk mencapai adab harus menempuh jalan ilmu. Sungguh adab tanpa ilmu itu seperti orang yang bodoh. Tapi ilmu tanpa adab dapat membuatmu celaka.
Tidak ada komentar: