 |
| Sumber gambar : Team Lpm Sativa |
LPM Sativa - Ratusan mahasiswa melakukan aksi tuntutan terhadap pihak Rektorat Universitas Mataram (7/10) sejak pagi pukul 09.00 WITA. Aksi yang dicetuskan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNRAM kali ini menggagas tema "Tuntaskan permasalahan mahasiswa, Aspirasi Mahasiswa harga mati" dan ditunggangi oleh beberapa tuntutan yang selama ini menjadi keresahan bagi mahasiswa dan tidak bisa di audiensikan.
Mekanisme pelaksanaan Aliansi ini diawali dengan mengumpulkan massa di depan gedung PKM Unram dan titik lain berada dilingkungan Rektorat Universitas Mataram. Sistem penarikan masa aksi dilakukan dengan mengadakan mimbar bebas di setiap fakultas. Masa aksi juga diharuskan mengikuti protokol kesehatan dengan mengenakan masker selama beraksi.
Beberapa tuntutan yang berusaha disuarakan oleh massa aksi diantaranya terkait permasalahan SPI (Sumbangan Pembangunan Institusi), grade UKT mahasiswa baru yang dirasa terlalu mahal, fasilitas kampus yang tidak memadai di beberapa titik, distribusi kuota belajar yang tidak merata, kampus 2 yang dijadikan sarang isolasi pasien Covid-19, permasalahan di kampus Vokasi KLU yang memiliki fasilitas minim dan tuntutan-tuntutan lainnya.
Sayangnya, tuntutan kali ini tidak mendapat tanggapan positif dari pihak kampus. Bapak Rektor Universitas Mataram hanya menemui massa aksi selama 15 menit dan memberikan jawaban yang terkesan normatif, bukan berbicara secara fakta. Padahal mahasiswa berharap tuntutan kali ini disetujui dan ditandatangani oleh pihak Rektorat.
Hal inilah yang mengundang ricuh antara massa aksi dengan pihak security hingga ada korban luka dan juga beberapa fasilitas gedung Rektoratpun rusak, padahal sebelumnya aksi masih terkesan kondusif dan terkontrol.
Hingga detik ini, mahasiswa masih dengan tegas melayangkan #mositidakpercaya kepada pihak Rektorat Universitas Mataram.
"Hari ini kami semua menyatakan Innalillahiwainnailaihiraajiun, telah mati dan telah pulang ke Rahmatullah hati nurani dari Rektorat Universitas Mataram", tegas Sofyan.
"Kami sebagai mahasiswa berharap agar jangan sampai pihak Rektorat memberatkan pendidikan, karena jika pendidikan sudah diberatkan dan dijadikan ladang bisnis, maka anak bangsa tidak akan bisa maju dan bangsa ini akan tetap menjadi bangsa perbudakan", lanjutnya.
"Harapan saya kepada birokrasi kampus, apa yang kita tuntut itu bisa terealisasikan semua", ujar Hirjan.
Harapan massa saat ini tidak lain dan tidak bukan agar semua elemen di Universitas Mataram bisa terakomodir dengan baik dan tidak ada kebijakan yang merugikan mahasiswa. (Septi, Tini)
Tidak ada komentar: