Gambar: Dokumentasi Tim KKN |
Agroforestry merupakan sistem penggunaan lahan atau usaha tani yang mengombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian maupun perkebunan untuk meningkatkan keuntungan secara ekonomis maupun lingkungan. Pada sistem ini, terciptalah keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan.
Dalam hal ini, Agroforestry dapat diimplementasikan dalam kawasan hutan yang digarap oleh masyarakat yang terdaftar dalam kemitraan antara Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Rinjani Barat dengan masyarakat sekitar kawasan hutan di Desa Gelangsar, Kec. Gunung Sari, Kab. Lombok Barat, NTB.
Saat menyampaikan materi di hadapan para peserta Talkshow, Dr. Ir. Markum, M.Sc selaku pembicara dan dosen kehutanan di UNRAM, mengatakan, “Agroforestry dapat mencegah terjadinya gagal panen dikarenakan dalam kawasan lahan garapan terdapat keanekaragam tanaman sehingga hasil panen yang digarap oleh masyarakat dapat terus berkelanjutan.”
Dilanjutkan lagi oleh Arie Syahdi Gare, S. Hut, Ketua Wanapala NTB menerangkan perlu diperhatikan jenis tanaman yang akan ditanam karena dapat mempengaruhi struktur tanah, debit air dan asas kebermanfaatan yang bernilai ekonomi dan ekologi untuk keberlanjutan bagi masyarakat dan kawasan hutan itu sendiri.
“Berdasarkan analisis saya, bahwasanya debit air di desa Gelangsar ini sudah mulai berkurang sehingga perlu diberlakukan penanaman tanaman penyimpan air seperti beringin atau jambu air, tetapi masyarakat lebih condong menanam tanaman sesuka hati tanpa memperhatikan fungsi serta manfaat untuk kedepannya, ” paparnya.
Sementara itu, hadirnya dua petani pekebun desa Gelangsar yaitu Bapak Jamaah dan Bapak Sirajudin Muhtar dengan membagikan pengalamannya, permasalahan serta harapan untuk pertanian di desa Gelangsar.
Pak Sirajudin Muhtar mengatakan, “Masyarakat di desa ini masih minim pengetahuannya mengenai penanaman sehingga masyarakat menanam sesuka hati tanpa mempertimbangkan jenis tanamannya, yang mana dapat berdampak untuk generasi kedepannya.”
“Kondisi tanah pertanian di desa Gelangsar ini memiliki kemiringan hampir 700 sehingga diperlukan jenis tanaman yang cocok untuk kontur tanah tersebut,” lanjut Pak Jamaah.
Adapun solusi yang diberikan oleh Bapak Dr. Ir. Markum, M.Sc, “Pentingnya pengelolaan tanaman multi guna yang tetap dapat mempertahankan fungsi hutan demi menjaga keanekaragaman hayati,”
“Mengajak masyarakat untuk memilah jenis tanaman yang akan ditanam tanpa mengurangi fungsi hutan.” Lanjut dosen kehutanan tersebut.
Dikatakan bahwa sistem Agroforestry cukup kompleks, tetapi lebih baik untuk meghindari gagal panen dibandingkan dengan sistem pertanian lainnya. Sistem Agroforestry ini diharapkan dapat memberikan manfaat lebih besar kepada masyarakat, dan ada keberlanjutan dalam pengelolaannya.
Gambar: Dokumentasi Tim KKN |
Dengan demikian, diperlukan pula dukungan dari pemerintah daerah baik dari Dinas Lingkungan Hidup dan kehutanan atau instansi yang bergerak di bidang terkait bahkan pegiat lingkungan seperti pencinta alam dan lainnya. Dengan sinergitas antara berbagai pihak tentunya akan membantu mewujudkan pengelolaan lahan hutan yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga hutan lestari bukan sekedar mimpi semata. (Tim KKN)
Redaktur: Irmayani
Tidak ada komentar: