Oleh: M. Shadiqah
(Anggota Muda LPM Sativa)
Gambar : Clarita |
Kebahagiaan adalah suatu hal yang selalu diidamkan oleh semua orang. Semua hal yang dilakukan oleh manusia entah dulu, sekarang atau untuk saat nanti. Pasti berujung yang namanya kebahagiaan. Saking pentingnya kata yang luar biasa singkat itu. Namun, kebanyakan manusia seringkali gagap dalam mencari sebuah kata sederhana ini.
Tapi apasih sebenarnya kebahagiaan itu? Kebahagiaan adalah sesuatu yang berasal dari ketenangan jiwa.
Itu semua akan didapat dari memecahkan masalah yang ada yang membuat kata itu muncul. Namun kebanyakan orang sering kali salah dalam pencariannya. Banyak orang yang mencarinya lewat kemaksiatan padahal yang dicarinya tidak ada di sana. Meskipun awal-awal akan mendapatkannya tapi yakinlah pada akhirnya akan berujung pada kesengsaraan.
Ujung-ujungnya adalah tentang seni memilih, yaitu memilih bahagia sekarang dan sengsara dikemudian hari atau merasakan kesengsaraan sekarang dan mendapatkan manisnya rasa bahagia nantinya.
Adalah menunda kebahagiaan yang sementara untuk kebahagiaan yang sesungguhnya yang berasal dari pemecahan masalah. Kesabaran dalam pencarian memang sangat perlu diperhatikan, kadang orang menyerah dalam tujuannya hampir digaris finish, padahal dia tidak melihat apa yang memantinya di depan sana.
Budaya sekarang menganggap bahwasanya ketika kita mendapat A maka bahagia. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah ketika mendapatkan A kita benar-benar bahagia?
Banyak orang yang menganggap tolok ukur kebahagiaan adalah harta yang banyak dan memiliki mobil yang bagus, menjadi terkenal dan banyak follower, atau memiliki wajah yang rupawan dan disukai banyak orang. Padahal kebahagiaan tidak ada sangkut pautnya dengan sesuatu yang bersifat material.
Jika emang benar tolak ukur kebahagiaan adalah kekayaan, apakah orang yang paling kaya yang mendapatkan bahagia. Pada kenyataannya banyak orang kaya yang bunuh diri lantaran depresi. Orang yang dikenal tampan rupanya pun banyak yang bunuh diri. Orang jepang yang dikenal negara yang ramah, bersih dan banyak orang kaya. Setidaknya ada 2 orang yang bunuh diri setiap jamnya. Lalu apakah tolak ukur yang pasti sebenarnya. Bukan pula maksud saya menganggap bahwa tidak apa-apa menjadi orang yang miskin, orang yang tidak terkenal, rumah yang sempit dan sebagainya. Tetapi perspektif orang-orang yang seperti ini harus diubah. Karena kebahagiaan bukan tentang seberapa banyak yang kita dapat, tapi seberapa banyak kita mensyukuri apa yang ada di depan mata kita.
Kebahagiaan akan didapat ketika kita tahu buat apa kita hidup didunia yang fana ini. Kalau dipandang dari segi agama tentu untuk beramal dan menghamba kepada tuhan. Tapi saya mau bilang bahwasannya tujuan hidup kita adalah menunda kebahagiaan. Untuk kehidupan yang lebih baik nantinya, yang artinya memerangi hawa nafsu untuk mendapatkan ketaatan. Tapi sebelum itu, kita harus lebih mengenal kepada pencipta terlebih dahulu, ataukah sebenarnya tidak ada pencipta? Memang sebelum jauh membahas itu tentu harus mempunyai keluasan hati untuk menerima pernyataan diatas. Memang harus diselesaikan perkara ini untuk mendapatkan kata bahagia itu yang sebenarnya karena kita tidak mempunyai jalan lain untuk kesana, ketika mau memaksakan diri maka sudah pasti akan bertemu yang namanya lingkaran setan dan lingkaran kebahagiaan.
Tidak ada komentar: