Aksi Mahasiswa |
Namun negosiasi tersebut tak pernah mendapat tanggapan baik dari pihak birokrasi, seperti yang dipaparkan ketua DPM Fakultas Pertanian UNRAM “Jadi sebelum melakukan aksi tersebut, BEM dan DPM sudah melakukan negosiasi terlebih dahulu dan sudah diajukan saran terkait dengan ini semua kepada pihak birokrasi, tapi semua saran dari kami (BEM dan DPM) selalu ditolak bahkan tidak dipedulikan sama sekali, maka dari itu tuntutan terakhir atau kebijakan yang bisa kami ambil terakhir itu melalui aksi ini”.
Aksi demo tersebut membawa 13 tuntutan terkait dengan beberapa hal yang dirasa sangat merugikan khalayak banyak khususnya mahasiswa. adapun tuntutan tersebut diantaranya:
Diberlakukannya pemotongan 60% untuk seluruh mahasiswa semester 9 ke atas, menghapus uang pangkal/SPI, pemberlakuan sistem grade UKT pada mahasiswa regular sore (semua angkatan), memberlakukan proses dan parameter yang jelas dalam penentuan grade UKT mahasiswa, menerapkan sistem terpadu dalam proses pengajuan banding grade UKT, mempercepat pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana seperti kelayakan kelas, LCD, AC, tempat parkir, laboratorium dan semua fasilitas penunjang dalam kegiatan belajar mengajar, menaikkan gaji satuan pengaman (satpam) sesuai dengan UMR NTB, melakukan pengadaan fasilitas penunjang keamanan kampus seperti handy talk (HT) untuk Satpam, CCTV di Mushola / Masjid kampus dan parkiran, optimalisasi penerapan pintu gerbang elektronik jika akan dikomersialkan, mengusut dan memberikan sanksi kepada mahasiswa dan oknum yang terbukti melakuakan suap dalam program KKN periode Desember - Januari 2019, menaikkan anggaran organisasi kemahasiswaan di Fakultas dan Universitas, serta melibatkan mahasiswa dalam setiap pengambilan kebijakan kampus yang berdammpak langsung terhadap mahasiswa.
Aksi demo sempat berlangsung rusuh dengan massa yang memaksa masuk ke gedung rektorat hingga sampai melakukan aksi saling dorong antar mahasiswa dengan petugas keamanan dan polisi yang siaga berjaga untuk memblokir massa yang ingin menerobos naik ke ruang Rektor.
Hal tersebut terjadi dikarenakan Rektor UNRAM tak kunjung keluar dari ruangan untuk memberikan tanggapan terkait aksi tuntutan tersebut. Namun tak berlangsung lama hingga massa kembali tenang setelah Rektor UNRAM bersedia untuk keluar dan memberi tanggapan terkait tuntutan tersebut dengan syarat para mahasiswa harus duduk dan tenang sembari Rektor mengeluarkan tanggapannya mengenai tuntutan - tuntutan tersebut. (Kiky)
Tidak ada komentar: