091/ist/LPM SATIVA
Susah payah : Mahasiswa berusaha memanjat tembok pembatas antara
kampus dengan kampng masyarakat Gomong Sakura.
|
MATARAM,
LPM SATIVA. Penerapan sistem satu pintu oleh Rektor Universitas Mataram (Unram), menyebabkan banyak
mahasiswa yang berjalan kaki harus mengitari kampus menuju gerbang utama.
Seperti yang dialami di Fakultas Pertanian Unram, banyak mahasiswa yang harus
rela meloncat tembok dengan risiko cukup tinggi.
“Saya
setiap harinya harus meloncat pagar. Pengennya sih lewat depan, tapi kejauhan,”
ungkap Gris Silva Yunanda mahasiswa Faperta semester tiga. Mahasiswi asal
Sumbawa ini harus rela menahan malu setiap hari untuk berangkat menuntut ilmu
di kampus kuning pertanian. Ia
pun menyayangkan kejadian beberapa waktu lalu yang menyebabkan salah satu
korban harus cidera akibat menginjak roknya sendiri dan terpeleset di tembok hingga tersungkur
malu. Sering kali ditegur oleh
petugas maupun pegawai Unram yang melihat tindakan mahasiswa meloncati tembok
pembatas. Namun mahasiswa tidak merasa takut pada sanksi yang akan diterima. Salah
seorang mahasiswi Faperta Unram Itha Srikusumayani berkata “loncat dari
pembatas tersebut adalah jalan alternatif yang digunakan agar sampai tujuan
dengan cepat”. Bukan hanya dikalangan
mahasiswa Faperta saja, tetapi umumnya mahasiswa yang memiliki tempat
tinggal disekitaran kampus Faperta memilih jalan tersebut menjadi jalan
alternatif menuju kampus.
“karena
jalan ini adalah cara tercepat untuk sampai ke kampus “ jelas Itha. Perlu adannya
tindakan dari pihak kampus, agar mahasiswa
yang tidak memiliki kendaraan bisa sampai ke kampusnnya masing-masing dengan cepat. Sering kali mahasiswa
terlambat, apabila mengambil jalan memutar menuju kampus. “Meskipun
berangkatnya pagian tetap saja terlambat karena jarak dari tempat tinggal yang berbeda, maka itulah yang menjadi keluhan
mahasiswa” Keluhnya.
Tidak ada komentar: