Mataram, 4 oktober
2014.
04:28 wita
Tentang Rasa
Oleh: Tajunnisa
Adakalanya
cinta, benci dan air mata satu. Rasa itu pilu memang. Namun apa daya, jika hati
sudah tidak sanggup lagi membendungnya. Membiarkansemunya mengalir berharap
rasa itu menghilang seketika dan tak akan kembali lagi. Rasa yang selama ini
yang tak pernah ku tahu hadirnya kini
bagai dari dalam daging. Jangankan untuk pergi menghindar saja ku tak bisa.
Hatiku mulai membrontak tak kuasa menampung rasa ini.
Apa aku harus bertahan dengan rasa
ini ?
Sementara
semua telah berubah. Mengingat masa-masa dimana kamu pernah berpaling walau
sesaat.kini kau kembali dengan janji-janji yang tak urung kau tepati. Aku tidak
butuh besok kau lakukan, tapi sekarang !!!
Ahhhh.... itu semua tak penting lagi
bagiku. Toh kamu sendiri tidak peduli
jadi untuk apa aku perdulikan lagi. Sampai saat ini itu semua hanyalah
janji. Jangan tanya itu apa karena kau tau apa yang ku maksud. Raga ini sudah
tak tahan lagi menerimanya. Tak terhitung air mata yang ku teteskan untuk itu.
Percuma bertahan ? hanya untuk janji yang tak pasti. Aku malu untuk
menuntutnya karena aku sadar, siapakah
aku ini. Sampai saatnya nanti, kamua akan tahu kenapa aku begini. Aku tak
sanggup. Menghabiskan seluruh waktuku hanya untuk membimbingmu, menasehatimu
dan menjadikanmu satu-satunya pilihanku. Memang aku berharap lebih darimu,
namun detik ini kurasa itu hanya sia-sia saja. Kurasa sudah saatnya kita hanya
bersahabat saja.
Tidak ada komentar: